Selasa, 29 Mei 2012

KIPRAH KAMBAU BORNEO DI SEBUBUS

SAMBAS. Kehadiran Kelompok Masyarakat Pengawas (pokmaswas) Kambau Borneo di desa Sebubus Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas, sejauh ini cukup berhasil menjaga keberlangsungan hidup penyu di pesisir pantai setempat. 

Meskipun saat didirikan setahun silam, kegiatan Kambau Borneo dalam program konservasi penyu sempat mendapat aksi perlawanan keras, terutama dari mereka yang memperjualbelikan telur penyu. 

Ditemui usai pembukaan Festival Pesisir Paloh (FESPA), Juma`t (26/05/12), Ketua Pokmaswas Kambau Borneo, Muraizi mengatakan, program konservasi yang kini dijalankan bersama WWF semakin diterima masyarakat, bahkan mereka yang dahulunya memusuhi berbalik mendukung dan masuk menjadi anggota Pokmaswas. 

Tercatat keanggotaan pokmaswas telah mencapai 26 orang yang sebagian besar merupakan mantan pencuri telur penyu. Pokmaswas memberlakukan aturan yang keras bagi para anggota yang melanggar, terbukti 1 orang telah diberhentikan karena terbukti mencuri telur penyu. 

Muraizi menambahkan, bahwa Pokmaswas bersama Pemerintah, WWF dan elemen masyarakat lainnya telah menyepakati untuk menjadikan Penyu sebagai icon Kecamatan Paloh. 

Kini Pokmaswas Kambau Borneo tengah mengurus akte notaris sebagai persyaratan untuk tercatat di Kesbangpolinmas Kabupaten Sambas. Sementara itu, Kapolsek Paloh AKP Laelan Sukur mengakui sekaligus mengapresiasi peran Pokmaswas Kambau Borneo dalam menyadarkan masyarakat untuk mendukung program konservasi kawasan pesisir dan habitat penyu. 

Berdasarkan data WWF Kalbar dari 6 spesies penyu yang dahulunya mendiami kawasan pesisir Sebubus, kini tinggal menyisakan 2 spesies. Maraknya aksi pencurian telur penyu dipicu tingginya harga jual telur di pasaran. Saat ini dijual Rp2.500 per butir. Selain aksi pencurian telur, penyusutan jumlah penyu juga diakibatkan oleh kerusakan lingkungan, terutama sampah yang berserakan di kawasan pantai.

0 comments:

Posting Komentar