Senin, 12 Desember 2016

Sekilas 3 Dermaga Pedalaman Di Pontianak

Dari sekian banyak angkutan sungai tersebut, sebagian diantaranya memang membawa berbagai barang kebutuhan masyarakat dari Pontianak menuju wilayah pedalaman seperti Sanggau, Sintang dan Kapuas Hulu. Begitupula sebaliknya, mengangkut sejumlah produk pertanian dan kehutanan dari wilayah perhuluan ke ibukota propinsi.  
Titik awal kegiatan tersebut ada di Kota Pontianak, tepatnya di 3 Dermaga yang khusus melayani kegiatan bongkar muat kapal – kapal wilayah pedalaman, yaitu ; Dermaga Pedalaman Kapuas Indah, Dermaga Pedalaman Kapuas Besar dan Dermaga Pedalaman Sheng Hie.
Dermaga Pedalaman Kapuas Besar
Jarak ketiga Dermaga juga tidak berjauhan. Dermaga Kapuas Indah berada di Jalan Kapten Marsan, disamping kompleks pertokoan Kapuas Indah. Tak seberapa jauh, di Jalan Sultan Muhammad, ada Dermaga Kapuas Besar. Secara fisik, kedua Dermaga ini hanya ponton apung dengan ukuran sepanjang 40 meter. Beda dengan Dermaga Sheng Hie yang permanen dengan konstruksi beton. Dermaga Pedalaman Sheng Hie bersebelahan dengan Pelabuhan Sheng Hie yang berada persis di ujung ruas Jalan Sultan Muhammad.  
Sesuai namanya, "Pedalaman", ketiga Dermaga memiliki fungsi yang sama, khusus untuk kegiatan bongkar muat barang dan orang dari kapal - kapal wilayah pedalaman Kalimantan Barat. Ketiga Dermaga dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pelabuhan, satu dari 5 UPTD di bawah Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika/ Dishubkominfo Kota Pontianak.

Data Angkutan 3 Dermaga Pedalaman 2015

NO DERMAGA TRAYEK TERDAFTAR BEROPERASI RATA-RATA
01 Sheng Hie Ptk-Tlk Batang

Ptk-Dusun
Ptk-Olak Kubu
Ptk-Tjg Manggis
Ptk-Radak
Ptk-Sui.Asam
Ptk-Terentang
Siantan-Sheng Hie
4

1
1
2
3
1
2
-
2 Speedboat
2 Kapal
-
-
1 unit
3 unit
1 unit
1 unit
1 unit
13 org/brg pnp
40 org/40 ton
-
-
10 org/1,5 ton
24 org/40 ton
8 org/1,5 ton
11 org/1,5 ton
2 ton
02 Kapuas Indah Ptk-Kapuas Hulu
Ptk-Bantil
Ptk-Boyan
Ptk-Labai
Ptk-Sukalanting
Ptk-Kubu Padi
Ptk-Kuala Mandor
Ptk-Meliau
Ptk-Tayan
Ptk-Teluk Batang
Ptk-Btg Limbung
10
3
1
1
1
2
1
1
3
3
1
5
1
1
1
1
1
1
1
1
3 speed
1 speed
7 org/25 ton
10 org/8 ton
5 org/4 ton
10 org/3 ton
13 org/3 ton
9 org/2 ton
6 org/2 ton
7 org/4 ton
6 org/2 ton
12 org
4 org
03 Kapuas Besar Pontianak-Biong
Ptk-Retok
Ptk-Kubu Padi
Ptk-Meranti
Ptk-Sukalanting
Ptk-Pancaroba
Ptk-Bengkarek
Ptk-Teluk Bakong
Ptk-Pasak
Ptk-Tanjung Pasir
Ptk-Kuala Mandor
Ptk-Gng Tomang
Ptk-Sui Layang
Ptk-Rantau Pjg
Ptk-Sanbe
1
3
4
1
1
3
3
2
2
1
3
1
2
1
2
-
1
2
1
-
1
1
-
1
-
-
1
1
1
2
-
15 org/3 ton
10 org/3 ton
7 org/2,5 ton
-
5 org/1 ton
12 org/3,5 ton
-
10 org/3 ton
-
-
10 org/4 ton
5 org/1,8 ton
6 org/3 ton
9 org/2,8 ton

KBRN: Pontianak : Angkutan sungai tetap menjadi pilihan bagi sebagian masyarakat di pesissir sungai Kapuas, untuk membawa barang dan penumpang terutama dari kota Pontianak menuju wilayah pedalaman. Sungai Kapuas yang membentang dari kota Pontianak di ujung barat hingga Kabupaten Kapuas Hulu di ujung timur, tak pernah berhenti dilayari angkutan sungai seperti kapal bandung, kapal kelotok maupun speedoat.

Dari sekian banyak angkutan sungai tersebut, sebagian diantaranya memang membawa berbagai barang kebutuhan masyarakat dari Pontianak menuju wilayah pedalaman seperti Sanggau, Sintang dan Kapuas Hulu. Begitupula sebaliknya, mengangkut sejumlah produk pertanian dan kehutanan dari wilayah perhuluan ke ibukota propinsi.

Titik awal kegiatan tersebut ada di Kota Pontianak, tepatnya di 3 Dermaga yang khusus melayani kegiatan bongkar muat kapal – kapal wilayah pedalaman, yaitu ; Dermaga Pedalaman Kapuas Indah, Dermaga Pedalaman Kapuas Besar dan Dermaga Pedalaman Sheng Hie.

Jarak ketiga Dermaga juga tidak berjauhan. Dermaga Kapuas Indah berada di Jalan Kapten Marsan, disamping kompleks pertokoan Kapuas Indah. Tak seberapa jauh, di Jalan Sultan Muhammad, ada Dermaga Kapuas Besar. Secara fisik, kedua Dermaga ini hanya ponton apung dengan ukuran sepanjang 40 meter. Beda dengan Dermaga Sheng Hie yang permanen dengan konstruksi beton. Dermaga Pedalaman Sheng Hie bersebelahan dengan Pelabuhan Sheng Hie yang berada persis di ujung ruas Jalan Sultan Muhammad.

Sesuai namanya, "Pedalaman", ketiga Dermaga memiliki fungsi yang sama, khusus untuk kegiatan bongkar muat barang dan orang dari kapal - kapal wilayah pedalaman Kalimantan Barat. Ketiga Dermaga dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pelabuhan, satu dari 5 UPTD di bawah Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika/ Dishubkominfo Kota Pontianak.

"UPTD Pelabuhan ini membawa 5 Dermaga, jadi ada Pelabuhan Sheng Hie sendiri, ada Dermaga Sheng Hie, ada Dermaga Kapuas Besar, Dermaga Kapuas Indah dan Pelabuhan Penyeberangan Feri Penyeberangan Bardan Siantan”, ujar Kepala UPTD Pelabuhan Drs. Awan Rosihan Putar, saat ditemui RRI Selasa (5/10/16) pagi.

Awan melanjutkan, untuk Dermaga Kapuas Indah dan Kapuas Besar, selain tempat kapal bandung dan kapal kelotok bongkar muat barang, juga tempat speeed boad menurunkan penumpang. Angkutan terakhir, khusus rute Pontianak – Ketapang. Sedangkan di Dermaga Sheng Hie, selain kapal besi, juga ada kapal pinisi dan kapal bandung.

“Di Dermaga Kapuas Besar, (karena) hanya ponton apung, maka kapal yang bersandar kapal ukuran sedang. Kalau di Dermaga Pedalaman Sheng Hie 62 - 80 GT (Gross Ton), maka di Dermaga Kapuas Besar 21 - 40 GT. Perbedaannya mungkin hanya pada GT kapal," tambah Awan.

Menurut Awan, secara umum aktifitas di Dermaga Sheng Hie, tak jauh beda dengan Pelabuhan Sheng Hie, yang merupakan Pangkalan Niaga Pertama Di Kota Pontianak.

"Cuma kapalnya tidak sebesar yang di Pelabuhan Sheng Hie, karena hanya fokus angkutan sungai pedalaman. Dan tarifnya pun berbeda dengan yang kita kenakan di Pelabuhan Sheng Hie," jelas Awan.

Di Dermaga Kapuas Indah, kapal kelotok dan kapal Bandung mendominasi kegiatan bongkar muat. Untuk kapal kelotok sebagian besar menyusuri pesisir sungai Kapuas di Kabupaten Kubu Raya dan kapal Bandung menyusuri hulu sungai Kapuas hingga Kabupaten Kapuas Hulu.

Dermaga Kapuas Indah awalnya sama dengan Dermaga Kapuas Besar, hanya ponton apung. Namun penataan pinggiran sungai Kapuas oleh Pemerintah Kota Pontianak melalui proyek waterfront dengan membangun gertak beton dari Dermaga Ferry penyeberangan Bardan di Jalan Rahadi Usman, hingga tepian pasar Kapuas Indah, menyebabkan tempat angkutan air bersandar dan bongkar muat bukan lagi ponton apung, melainkan gertak beton tesebut. Memang di pinggir gertak, terdapat bollard (besi tambatan tali kapal) sehingga kapal maupun spedboat dapat menambatkan tali saat bersandar. Gertak tak hanya berfungsi untuk menambatkan kapal, namun juga meletakkan berbagai barang sebelum dipindahkan ke kapal.

Dermaga Kapuas Indah dan Dermaga Kapuas Besar, sama-sama berada di kawasan pertokoan. Malahan nama kedua Dermaga sama dengan nama dua pusat perbelanjaan. Pusat Pertokoan Kapuas Indah bersebelahan dengan Dermaga Kapuas Indah yang berada di Jalan Kapten Marsan, lalu Pusat Penjualan Kapuas Besar berdekatan dengan Dermaga Kapuas Besar.

Di Dermaga Kapuas Indah, berbagai kebutuhan masyarakat pedalaman diangkut melalui kapal Bandung dan kelotok. Sebelum dimuat ke kapal, berbagai barang tersebut diletakan terlebih dahulu di pinggir gertak. Tabung gas, material bangunan, beras, gula, minyak makan, bahkan sapi ternak adalah beberapa barang atau muatan dari sekian banyak kebutuhan yang didistribusikan ke pelosok Kalimantan Barat. Sebagian barang diangkut sendiri ke kapal oleh awak buah kapal (abk), sebagian dipukul oleh tenaga upahan. Ada juga barang pesanan yang diantar langsung penjual atau karyawan toko.

Khusus kelotok, selain di dalam kapal, sebagian muatan diletakkan di atas atap. Agar tidak terjatuh, barang diikat dengan tali, lalu ditutup terpal agar terlindung dari terik matahari dan guyuran hujan. 

Hal yang sama juga berlangsung di Dermaga Kapuas Besar. Namun karena masih ponton apung, maka proses pemindahan muatan dari dermaga ke kapal agak sulit. Bahkan, lebih sulit lagi memindahkan barang dari tepi Jalan Sultan Muhammad menuju dermaga yang berada di atas air. Sebab tidak ada akses langsung. Kendaraan seperti truk dan pick up harus melewati jalan sempit, pun hanya bisa sampai di jembatan. Barang terpaksa harus diturunkan dan selanjutnya menjadi tugas para pria berotot memindahkan ke kapal.

Berdeda dengan Dermaga Sheng Hie. Proses bongkar muat jauh lebih mudah karena letak Dermaga di tepi sungai dan permanen dengan konstruksi beton. Truk dapat langsung menurunkan barang di tepi Dermaga tanpa terganggu. Jenis barang yang diangkut beragam, mulai dari perkakas rumah tangga, elektronik, pakaian, sayur-sayuran hingga peralatan perkebunan.

Aktifitas bongkar muat di ketiga Dermaga mulai berlangsung di pagi hari dan mencapai puncak jelang siang, selanjutnya mulai lenggang memasuki sore.

Begitulah, 3 Dermaga Pedalaman di kota Pontianak terus beraktifitas, bahkan menjadi "pintu-pintu" untuk mengeluarkan sebagian barang kebutuhan masyarakat pedalaman sekaligus memasukkan berbagai produk perhuluan ke ibukota provinsi. Apalagi, transportasi darat belum bisa menjangkau semua kawasan pedalaman, maka transportasi air melalui sungai Kapuas tetap menjadi pilihan.

Relin Megrina Anggia, Duta Lingkungan Hidup Kalbar 2016

KBRN, Pontianak: Relin Megrina Anggia, utusan dari Kabupaten Kubu Raya terpilih menjadi Duta Lingkungan Hidup Tingkat Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016. Relin melejit dalam pengumpulan nilai, mengalahkan 19 finalis lainnya pada malam Grand Final Pemilihan Duta Lingkungan Hidup Tingkat Provinsi Kalimantan Barat 2016 yang berlangsung di Function Hall Hotel Kapuas Palace, Sabtu (3/12/2016) malam.

Sebenarnya 20 finalis juga unjuk kebolehan dan mampu memukau ratusan penonton dan undangan, namun Relin, dara berusia 18 tahun ini berhasil meyakinkan 5 Dewan Juri, untuk memilih dan menetapkan dirinya sebagai Duta Lingkungan.

“Saya tidak menyangka bisa menang, karena menurut saya persaingan di Provinsi ini sangat kompetitif ya kompetisinya. Seluruh peserta hebat-hebat. Menurut saya ini faktor keberuntungan saja, yang lain juga seorang pemenang. Jadi semua peserta di sini adalah pemenang,” ujar Relin saat dimintai tanggapannya usai penobatan sebagai Duta Lingkungan Hidup.

Relin, yang kini berstatus sebagai mahasisiwi Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura, memang telah melakukan berbagai persiapan sebelum tampil di ajang Pemilihan Duta tingkat Provinsi.

“Kami memang beberapa kali sharing bersama senior, berkonsultasi juga dengan BLH Kabupaten Kubu Raya. Dan membaca dari internet mengenai isu-isu lingkungan terbaru,” terang Relin.

Relin, adalah anak ketiga dari 4 bersaudara pasangan Effendi Cingkong - Agustinawati Asdi Mulawarni. Ia pun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantunya, sehingga dapat meraih prestasi membanggakan sebagai Duta Lingkungan Hidup.

“Yang pertama untuk kedua orangtua saya, keluarga besar saya, teman-teman saya, BLH Kabupaten Kubu Raya dan mentor-mentor yang sudah memberikan materi-materi yang sangat baik dan memberikan dukungan yang sangat banyak. Itu adalah orang-orang yang sangat berharga bagi saya,” kata Relin.

Relin, yang baru menginjak usia 18 tahun ini juga tak lupa mengucapkan terimakasih pada para pendukung yang tak berhenti memberinya semangat, bahkan dukungan teman-teman kian memotivasinya untuk tampil maksimal.

“Saya ingin mengucapkan terimakasih untuk dukungannya, semua ini untuk kalian. Dan semua ini memang saya persembahkan untuk kalian,” ucap Relin dengan mata berkaca-kaca sambil menoleh ke arah tema-teman yang mengelilinginya.

Relin pun telah mempunyai planning kedepan, mengajak beberapa duta dari daerah lain dalam suatu kegiatan.

“Mohon doanya juga supaya projetc nya berjalan lancar. Mengenai project nya apa, itu berhubungan dengan seni dan lingkungan,” kata Relin.

Terkait, penilaian terhadap para finalis, Ketua Dewan Juri, Dr. Netty Herawaty, menjelaskan, bahwa penilaian tidak hanya dilakukan pada malam Grand Final, tapi telah dilakukan dari awal kegiatan. 

“Meliputi aspek intelektual, pengetahuan atau wawasan peserta terhadap lingkungan hldup serta penampilan atau performance para finalis. Kemudian tes tertulis, wawancara dan presentasi hasil kunjungan lapangan. Semua dinilai, termasuk cara berkomunikasi, gaya berbusana serta kemampuan beradaptasi,” terang Netty.

Sementara Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Kalimantan Barat, Dr. Darmawan mengatakan, pihaknya bersama sponsor akan memberdayakan Duta Terpilih selama 1 tahun dengan berbagai kegiatan antara lain: Mengikutsertakan pada Pemilihan Duta Lingkungan Hidup Ekoregion Kalimantan, menjadi Maskot Promo Lingkungan, mendampingi tamu-tamu penting yang berkaitan dengan kegiatan Lingkungan serta Terlibat pada event-event Lingkungan Hidup yang diagendakan.

“Juga diikutsertakan pada berbagai kegiatan di masyarakat hingga pelosok Kalimantan Barat dalam misi Lingkungan Hidup, serta berbagai kegiatan Lingkungan Hidup, baik melalui sponsor maupun pemerintah dan swasta,” terang Darmawan.

Di tempat yang sama, Kepala Pusat Pengendalian Pengembangan Ekoregion (P3E) Regional Kalimantan, Tri Bangun Laksono, mengucapkan selamat kepada para finalis lain yang telah berpartisipasi dalam gerakan penyelamatan lingkungan hidup.

“Seluruh finalis yang jumlahnya 20, itu sebenarnya kemampuannya sama. Tapi sebagai sebuah kompetisi mesti dicari juaranya. Tapi keduapuluhnya bagi saya adalah emas. Dan P3EK (Kalimantan) akan berbuat sesuatu buat mereka,” janji Tri Bangun.

Penobatan Relin Megrina Anggia sebagai Duta Lingkungan Hidup dilakukan Staf ahli gubernur Kalimantan Barat Bidang Ekonomi dan Keuangan, Yusri Zainuddin. Dalam sambutan tertulis, Gubernur Kalimantan Barat, Cornelis mengapresiasi even yang digelar BLHD, apalagi melibatkan partisipasi generasi muda sebagai pelaku utama dalam mengkampanyekan kelestarian lingkungan. 

Hasil Pemilihan Duta Lingkungan Hidup Provinsi Kalbar 2016

NO NAMA PREDIKAT DAERAH
01 Relin Megrina Anggia Juara Kubu Raya
02 Hendry Alamsyah Runner Up I Mempawah
03 Fuzy Firda Zhan Runner Up II Pontianak
04 Rilo Rianda Harapan 1 Singkawang
05 Jeng Anggi Priyatini Harapan II Kapus Hulu
06 Windy Pangestu Favorit Sekadau
07 Akbar Hidayat Persahabatan Sambas
08 Heppy Day Yana Best Costum Ketapang

(BS/AKS)

Senin, 28 November 2016

Nonton Bareng Liputan TV dan Radio

* Dari Acara 'Sharing with Journalist'

PONTIANAK, CLASER -Jika biasanya anak muda senang nonton bareng siaran sepak bola, kali ini lain ceritanya. Hasil liputan wartawan televisi dan radio pun bisa dipertontonkan, sebagai bahan perbincangan dalam acara 'Sharing with Journalist' yang digelar di Claser Community Pontianak, Sabtu (18/6/11).

Keseharian wartawan dalam menekuni profesi jurnalistiknya, masih menyimpan berbagai kisah yang menarik disimak kalangan muda. Tak jarang, cerita-cerita di balik berita begitu menggelitik rasa ingin tahu.

Boyke Sinurat, reporter Radio Republik Indonesia (RRI) dan Maria Isma dari Televisi Republik Indonesia (TVRI) Stasiun Pontianak tampil sebagai pemateri.

Seorang peserta, Acai, mengatakan, dirinya pernah mendengar kasus wartawan yang terbunuh akibat berita yang diliputnya. Dia mengakui, dirinya yang bukan wartawan pun merasa ngeri dengan kejadian ini.

"Nah apakah abang dan kakak yang berprofesi sebagai wartawan, merasa ciut nyali dengan peristiwa seperti ini," tanya Acai kepada Boyke dan Isma.

Boyke tidak segera menjawab. Dia menceritakan satu pengalaman cukup mengerikan, saat dia berada di lapangan. Kala itu, dia meliput peristiwa bentrokan dua kubu mahasiswa di kampus mereka.
"Saya baru saja siap-siap melaporkan secara live, ternyata dua kubu siap saling serang, dan saya berada di tengah-tengah mereka," tutur Boyke.

Karena terlalu konsentrasi dengan laporan langsung yang akan dilakukannya, Boyke tidak menyadari gerakan massa yang sangat cepat itu. Beruntung, dia selamat dan tidak terkena imbasnya.

"Saya pun mengamankan diri ke mobil polisi, dan beberapa saat merasakan shock. Tapi tidak membuat saya menjadi ciut," ucap Boyke.

Sambil bergurau, dia mengatakan, kalau saja sampai dirinya menjadi korban, mungkin justru peristiwa itu bisa jadi berita hangat.

Pertanyaan lain muncul dari Thomas More, terkait bagaimana cara wartawan mengatasi sempitnya waktu sementara faktor cuaca turut mempersulit pekerjaan di lapangan. Padahal, wartawan dituntut berada di lokasi peristiwa, tak peduli saat hujan lebat sekalipun.

"Saya heran, wartawan bisa ada di mana-mana, meskipun cuaca sedang kurang bersahabat," kata More.

Isma maupun Boyke sama-sama bekerja sebagai reporter media elektronik. Mereka bekerja menggunakan perangkat elektronik, yang rawan rusak atau ngadat akibat hujan.

"Wartawan dituntut siap dalam segala kondisi, misalnya melindungi diri dari hujan atau perubahan cuaca yang tiba-tiba. Jangan sampai berangkat begitu saja, tanpa ada persiapan untuk melindungi diri dan perangkat penunjang kerja, seperti kamera," ucap Isma.

Memang, pertanyaan-pertanyaan itu lebih banyak berkisar seputar suka duka menjadi juru warta. Bagi para peserta, pekerjaan di media massa masih dipandang sebagai sesuatu yang asing.

Boyke dan Isma pun berbagi tips, bahwa untuk bekerja di media, dibutuhkan perjalanan panjang dalam hal belajar. Tidak bisa terjadi secara instan atau karbitan.

"Belajar sambil bekerja ditambah kreatif. Berita televisi hanya sekali tayang, sehingga kami harus mampu menyajikan gambar yang menarik dengan kata-kata yang singkat namun padat. Saya sendiri tidak memiliki latar belakang keilmuan jurnalistik," kata Isma.

Sementara Boyke menekankan pentingnya membaca, agar perbendaharaan kata dan wawasan kian bertambah. Seorang reporter, ujar Boyke, pada awalnya sering mengalami saat kehabisan kata-kata atau kekurangan ide.

"Namun dengan terus membaca dan menambah wawasan, maka reporter akan semakin terbuka pikirannya dan semakin kreatif," ujar Boyke. (severianus endi).

Wagub Kalbar Tutup Gawai Dayak 28

KBRN, Pontianak: Setelah berlangsung selama 5 hari (2 s/d 6 Juli 2013) Pekan Gawai Dayak propinsi Kalbar ke 28 tahun 2013, Sabtu (6/7/2013) malam ditutup oleh Wakil gubernur Kalbar Christiandy Sanjaya.

Sekitar 700 warga memadati tribun dan halaman Rumah Radakng di Jl. Sutan Syahrir untuk menyaksikan rangkaian akhir dari even tersebut.

Dalam sambutannya, Christiandy mengakui penyelenggaraan Gawai Dayak tahun ini memang lebih meriah dibanding tahun – tahun sebelumnya, terutama tingginya animo pengunjung untuk mendatangi atau menyaksikan berbagai kegiatan yang berlangsung dalam Gawai.

"Faktor utama yang menyebabkan penyelenggaraan Gawai tahun ini begitu meriah adalah Radakng, rumah adat Dayak yang baru diresmikan oleh pak gubernur," terang Christiandy. 

Bahkan, menurut Chrstiandy, disain bangunan rumah Radakng yang begitu indah dan megah telah menimbulkan decak kagum dari para undangan maupun pengunjung yang menghadiri peresmian Rumah Adat tersebut, termasuk tamu dari negara Malaysia.

Namun, ia berharap agar capaian yang membanggakan tersebut tidak berhenti di situ saja, tetapi perlu lebih ditingkatkan lagi.
"Terutama mengemas berbagai kegiatan dalam Gawai menjadi lebih menarik agar dapat mendukung sektor kepariwisataan daerah," tambahnya. 

Sementara itu, Sekretaris daerah kota Pontianak, M. Akip mengucakan selamat atas suksesnya penyelenggaraan Gawai Dayak ke 28, yang secara langsung maupun tidak langsung mendukung kemajuan kota Pontianak.

"Kita sudah pasti akan terus mendukung pelaksanaan even budaya ini, dan sebagai langkah awal telah dianggarkan dana untuk melebarkan ruas jalan Sutan Syahrir menjadi 2 jalur, sehingga lebih memudahkan masyarakat untuk mengunjungi Rumah Radakng maupun perkampungan budaya," terang Akip.

Sementara dari ajang paling bergengsi dari pekan Gawai Dayak yakni Bujang dan Dara, terpilih Fidelis Adolf Kris utusan DAD Ketapang sebagai Bujang Gawai 2013 dan Ignatia Karunia dari Sanggar Patamuan Banuaka sebagai Dara Gawai 2013. (Boyke/YY)