Selasa, 05 Juni 2012

KETIKA SEBAGIAN PENYU TELAH HILANG DARI PALOH

Populasi penyu di pesisir Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas terus menyusut. Bahkan, dari 6 spesies yang dahulunya mendiami kawasan tersebut, kini tinggal menyisakan 2 spesies yakni penyu Kambau (hijau) dan penyu sisik. Sementara 4 spesies lainnya yakni penyu Pipih, penyu Tempayan, penyu Lekang dan penyu Belimbing hilang tanpa jejak. Maraknya aksi perburuan dan perdagangan telur penyu menjadi faktor utama penyusutan populasi penyu.
Pantai Tanjung Api di Kecamatan Paloh yang membentang sepanjang 60 km, sebenarnya merupakan lokasi peneluran penyu terpanjang di Indonesia, dimana sekitar 19,3 km diantaranya mulai dari Sungai Mutusan hingga Sungai Belacan teridentifikasi sebagai hot spot atau titik utama peneluran penyu.
Adalah fakta, Undang – undang Nomor 5 tahun 2010 tentang Konservasi SDA dan PP Nomor 7 Tahun 1999 gagal melindungi reptil langka tersebut. Saat ini harga jual telur penyu di pasaran lokal berkisar Rp2.000 – Rp2.500 per butir. Meningkatnya konsumsi telur penyu di kalangan masyarakat, konon diyakini telur penyu memiliki khasiat menambah vitalitas.
Berangkat dari kondisi populasi penyu yang nyaris punah, World Wildlife Found (WWF) akhirnya turun tangan melalui program konservasi pesisir dan spesies penyu di Kecamatan Paloh. Meskipun awalnya mendapat tantangan keras namun kerja keras WWF berhasil menggugah kesadaran warga setempat. Bahkan, melecut semangat sebagian warga untuk memproteksi reptil langka tersebut dengan membentuk kelompok Masyarakat Pengawas atau Pokmaswas, salah satunya yakni Pokmaswas Kambau Borneo di desa sebubus. Menariknya lagi, keanggotaan pokmaswas sebagian besar adalah mantan pemburu telur penyu yang telah insaf.
“Hingga tahun 2012 program konservasi telah memasuki tahun ke 3. Tahun pertama merupakan tahapan tersulit terutama menghadapi para pelaku atau pemburu telur penyu. Namun, WWF menginisiasi pertemuan dengan mengundang semua kelompok yang memperdagangkan telur penyu dan berhasil menyadarkan mereka untuk menghentikan aktifitas pencurian telur penyu,” ungkap Koordinator Site Paloh WWF – Indonesia drh. Dwi Suprapti di Paloh Sambas (26/5/12).
Di tahun kedua WWF terus menggencarkan edukasi pada masyarakat serta memaksimalkan peran Pokmaswas sebagai ujung tombak di lapangan.
Alhasil baru dua tahun program berjalan, sekitar 14.000 anak penyu (tukik) lahir dengan selamat. Atau sekitar 93 persen dari total 9.000 lebih sarang telur penyu di Pantai Tanjung Api berhasil menetas. Angka tersebut diperoleh dengan menghitung cangkang telur yang tertinggal di dalam sarang. Selanjutnya, WWF dan pokmaswas menargetkan penyelamatan penetasan telur penyu di tahun ketiga mencapai 95 persen.
Program konservasi pesisir dan spesies penyu yang dimotori Pokmaswas dan dukungan penuh WWF, di bagian lain juga membantu menjaga keamanan daerah. “Dahulunya sebelum program konservasi kawasan pantai peneluran penyu di Tanjung Api telah dikapling – kapling oleh beberapa kelompok. Sedikitnya ada 5 kelompok besar yang bersaing dan masing – masing menguasai areal peneluran penyu. Di lapangan sering terjadi persinggungan di antara mereka akibat perebutan lahan, bahkan nyaris menimbulkan bentrokan fisik,“ jelas Dwi.
WWW berhasil mendamaikan kelima kelompok dan memberikan arahan tentang konservasi dan mengajak mereka untuk terlibat dalam pekerjaan besar menyelamatkan habitat penyu. Setelah mengadakan beberapa kali pertemuan akhirnya hati mereka tergerak dan selanjutnya menjadi motor penggerak penyelamatan penyu di lapangan. Kelima kelompok akhirnya menyepakati perjanjian untuk menghentikan sama sekali aktifitas perburuan dan perdagangan telur penyu.
“Sedikit membantu, dari kelima kelompok, satu diantaranya telah mendapatkan pemahaman tentang konservasi karena sebelumnya sempat mendapatkan penyuluhan dari WWF,” tambahnya.
Untuk mengefektifkan progam, WWF juga melakukan komunikasi dengan semua pihak, termasuk tim ekspedisi khatulistiwa. Bahkan, tim ekspedisi mengambil inisiatif untuk melakukan monitoring dan razia. “Baru baru ini, tim ekspedisi khatulistiwa berhasil memergoki 9 orang yang tengah mencuri telur penyu, 2 diantaranya wanita tapi kemudian dilepaskan setelah mendapatkan nasehat agar tidak lagi melakukan aktifitas tersebut. Sementara yang pria dibotaki sebagai shock therapy,” jelas Dwi.
Namun, Dwi menyadari upaya mereka tetap memiliki resiko, sehingga seluruh kru WWF musti hati - hati.
Tak dapat dipungkiri kehadiran kelompok pengawas masyarakat (pokmaswas) Kambau Borneo di desa Sebubus Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas, sejauh ini cukup berhasil menekan aktifitas perburuan dan perdagangan telur penyu di kawasan pesisir setempat. Melalui pendekatan secara persuasif, masyarakat mulai menyadari pentingnya menjaga keberlangsungan hidup penyu.
“Program konservasi mulai diterima masyarakat, bahkan mereka yang dahulunya memusuhi berbalik mendukung dan masuk menjadi anggota Pokmaswas,” ujar Ketua Pokmaswas Kambau Borneo, Muraizi, usai Pembukaan Festival Pesisir Paloh (FESPA) 2012 di desa Sebubus Paloh (25/05/12). Ia menyebutkan, saat ini keanggotaan pokmaswas mencapai 26 orang yang sebagian besar merupakan mantan pencuri telur penyu. Namun, pokmaswas memberlakukan aturan yang keras bagi para anggota yang melanggar, terbukti 1 orang telah diberhentikan karena terbukti mencuri telur penyu.
Atas prestasi pokmaswas dalam menjalankan program konservasi penyu, WWF mengalokasikan bantuan sebesar 180 juta rupiah pada tahun 2012 untuk mendukung kegiatan operasional. Karena selama ini pokmaswas menutupi semua biaya operasional dengan uang sendiri. Untuk memperkuat kelembagaan, kini Pokmaswas Kambau Borneo tengah mengurus akte notaris sebagai persyaratan untuk tercatat di Kesbangpolinmas Kabupaten Sambas.
Kapolsek Paloh AKP Laelan Sukur mengakui sekaligus mengapresiasi peran Pokmaswas Kambau Borneo dalam menyadarkan masyarakat untuk mendukung program konservasi kawasan pesisir dan habitat penyu. Meskipun ada sanksi hukum bagi pencuri telur berupa 5 tahun kurungan penjara dan denda 100 juta rupiah, tapi hingga kini belum ada yang meringkuk di jeruji besi. Aparat beserta penggiat konservasi masih melihat aktifitas perburuan telur penyu lebih dikarenakan ketidaktahuan dan minimnya pemahaman masyarakat atas pentingnya menjaga habitat penyu.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Porabudbar) Kabupaten Sambas, Sukari mengatakan, Pemerintah saat ini tengah mengupayakan agar di pantai Selimpai yang menjadi lokasi penangkaran penyu terbentuk kelompok sadar wisata untuk memberdayakan masyarakat setempat melalui pendanaan PNPM.
Senada dengan hal itu, bupati Sambas Djuliarti Alwi mengatakan, meskipun masih ada segelintir warga yang belum merespon karena mereka khawatir kehilangan pekerjaan, namun ia meminta hal itu disikapi dengan tenang dan terus mendorong Pokmaswas menggencarkan sosialisasi. Pemerintah sendiri tengah berupaya membuka pekerjaan alternatif bagi masyarakat, agar mereka tidak lagi melakukan aksi pencurian telur penyu.  
Dukungan terhadap program konsevasi penyu juga datang dari Putri Indonesia 2005 Nadine Candrawinata. Menurutnya potensi satwa dan keindahan alam Paloh dapat menjadi objek dan tujuan wisata yang menarik asalkan dikelola dan dikemas dengan menarik.
Di bagian lain, Kepala Bidang Kawasan Pesisir Pulau Pulau Kecil & Pengawasan (KP3KP) DKP Kalbar, Dionisius Endy mengatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan pendampingan pada pokmaswas Kambau Borneo agar mendapatkan legalitas hukum, dengan menjelaskan pada Pemerintah Kabupaten Sambas maksud dan tujuan terbentuknya pokmaswas. Setelah terbentuk akan mendapatkan pembinaan, dengan memberikan pelatihan, sosialisasi penegakan hukum (gakum).
DKP Kalbar juga terus berupaya agar di semua Kabupaten Kota terbentuk pokmaswas, mengingat pokmaswas merupakan ujung tombak dari program pengawasan dan pelestarian di bidang pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan. 3 tahun perjalanan program konservasi pesisir dan spesies penyu yang dimotori Pokmaswas dan dukungan penuh WWF berhasil menekan pencurian telur penyu di Kecamatan Paloh. Di sisi lain juga membantu menjaga keamanan daerah.
Kendati demikian, perjunagan pokmaswas dan WWF tidak lantas berhenti, karena capaian hasil masih jauh dari target ideal. Target akhir adalah menumbuhkan kesadaran seluruh warga pesisir Paloh untuk menjaga kawasan pesisir dan habitat penyu secara sukarela, sekaligus mempromosikan dan mengelola potensi satwa dan alam Paloh sebagai objek dan daerah tujuan wisata unggulan di Kabupaten Sambas.  

0 comments:

Posting Komentar