Sabtu, 14 April 2012

Konektifitas kendala integrasi BIMP EAGA

Kerjasama Brunei Indonesia Malaysia Phillipine – East Asia Growth Area (BIMP-EAGA) menuju integrasi di bidang ekonomi, masih harus melewati berbagai jalan terjal.

Diantaranya kendala dalam hal konektifitas sebagai penghubung sub regional, akibat terbatasnya sarana infrastruktur dasar, terutama jalur transportasi darat dan udara.

Padahal, konektifitas memegang peran penting dalam mewujudkan visi BIMP EAGA, sebagai lumbung pangan dan pariwisata di kawasan Asia Tenggara.

Hal itu dakui Executive Chairman BIMP – EAGA Council (BECB), Kesteria Yusuf, saat ditemui di Hotel Aston Pontianak Rabu (11/04/12).

Namun, Kesteria optimis persoalan itu dapat ditangani secara bersama, termasuk melibatkan kalangan pengusaha dari keempat negara sebagai motor penggerak kerjasama.

Selain itu, pemimpin dari keempat negara anggota juga telah menyepakati Infrastructur Project Pipeline, dengan menandatangani beberapa MOU di bidang perhubungan. 
Hal senada juga diakui Deputy Pengembangan Sumber Daya UKM & Koperasi Kementrian Koperasi dan UKM, I Wayan Dipta, bahwa keterbatasan infrastruktur jalan di daerah yang berbatasan dengan 4 negara yang tergabung dalam BIMP EAGA menjadi prioritas Pemerintah Indonesia.

Namun, peningkatan dan perbaikan dilakukan secara bertahap, termasuk membagi daerah perbatasan ke dalam beberapa klaster ekonomi, berdasarkan potensi dan keunggulan masing – masing daerah.

Wayan Dipta menjelaskan, bahwa ketahanan pangan memang menjadi fokus dari kerjasama BIMP EAGA, agar menjadi pusat lumbung pangan di kawasan ASEAN maupun Asia.

Sedangkan pihak luar yang menjadi mitra kerjasama BIMP EAGA dalam menjalankan program diantaranya, Asia Development Bank, Jepang, China, Korea serta negara Australia.

0 comments:

Posting Komentar