Kalangan pengusaha hotel dan restoran di Kota Pontianak merasa kecewa atas ketidakseriusan pemerintah, mengoptimalkan perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh untuk menarik wisatawan berkunjung. Berbeda dengan Kota Singkawang yang mampu mengemas tradisi tahunan etnis Tionghoa ini, menjadi asset wisata budaya yang bergema ke dunia internasional.
Dihubungi Jum`at (03/02/12), Ketua Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia - PHRI Kota Pontianak Juliardi Kamal menilai, even budaya seperti Cap Go Meh belum mendapatkan dukungan dari semua pihak, sehingga potensi belum tergarap secara maksimal. Padahal jika dikelola secara baik dan apik, tentu semakin mendorong perkembangan sektor kepariwisataan daerah, yang sebenarnya tengah digencarkan promosinya oleh pemerintah.
Dirinya mengakui tingkat hunian hotel di Kota Pontianak sejak tahun Baru Imlek hinga menjelang Perayaan Cap Go Meh memang meningkat, tetapi tidak merata, hanya pada hotel yang berada di jalan protokol.
Sebelumnya Wakil gubernur Kalbar Christiandy Sandjaya mengatakan untuk perayaan Cap Go Meh di Kota Pontianak dan Singkawang sebenarnya disokong pemerintah, meskipun dalam beberapa tahun terakhir perayaan di Singkawang telah masuk dalam kalender wisata nasional.
Namun, pengemasan even di kedua kota memang agak berbeda, misalnya di Kota Pontianak lebih menonjolkan pawai naga, sedangkan Singkawang festival lampion dan atraksi tatung.
Perayaan tahun baru Imlek dan Cap Go Meh di Kota Singkawang memang lebih spektakuler, dibanding perayaan di Kota Pontianak. Sehinga setiap tahun mampu menyedot ribuan wisatawan untuk berkunjung. Selain mengemas kegiatan secara apik dengan promosi yang gencar, beberapa kegiatan yang digelar juga menyimpan target menjadi yang nomor wahid.
Seperti pada tahun ini, panitia penyelenggara membuat replika naga terpanjang untuk memecahkan rekor MURI serta replika Tembok China. Dampaknya sangat positif bagi perekonomian Kota seribu kelenteng ini, mulai dari masyarakat bawah, pemilik penginapan hingga maskapai penerbangan yang melayani rute Pontianak – Jakarta, bahkan Pontianak ke luar negeri.
Dihubungi Jum`at (03/02/12), Ketua Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia - PHRI Kota Pontianak Juliardi Kamal menilai, even budaya seperti Cap Go Meh belum mendapatkan dukungan dari semua pihak, sehingga potensi belum tergarap secara maksimal. Padahal jika dikelola secara baik dan apik, tentu semakin mendorong perkembangan sektor kepariwisataan daerah, yang sebenarnya tengah digencarkan promosinya oleh pemerintah.
Dirinya mengakui tingkat hunian hotel di Kota Pontianak sejak tahun Baru Imlek hinga menjelang Perayaan Cap Go Meh memang meningkat, tetapi tidak merata, hanya pada hotel yang berada di jalan protokol.
Sebelumnya Wakil gubernur Kalbar Christiandy Sandjaya mengatakan untuk perayaan Cap Go Meh di Kota Pontianak dan Singkawang sebenarnya disokong pemerintah, meskipun dalam beberapa tahun terakhir perayaan di Singkawang telah masuk dalam kalender wisata nasional.
Namun, pengemasan even di kedua kota memang agak berbeda, misalnya di Kota Pontianak lebih menonjolkan pawai naga, sedangkan Singkawang festival lampion dan atraksi tatung.
Perayaan tahun baru Imlek dan Cap Go Meh di Kota Singkawang memang lebih spektakuler, dibanding perayaan di Kota Pontianak. Sehinga setiap tahun mampu menyedot ribuan wisatawan untuk berkunjung. Selain mengemas kegiatan secara apik dengan promosi yang gencar, beberapa kegiatan yang digelar juga menyimpan target menjadi yang nomor wahid.
Seperti pada tahun ini, panitia penyelenggara membuat replika naga terpanjang untuk memecahkan rekor MURI serta replika Tembok China. Dampaknya sangat positif bagi perekonomian Kota seribu kelenteng ini, mulai dari masyarakat bawah, pemilik penginapan hingga maskapai penerbangan yang melayani rute Pontianak – Jakarta, bahkan Pontianak ke luar negeri.
0 comments:
Posting Komentar