Jumat, 21 Oktober 2011

WALHI RELEVAN SEBAGAI SPIRIT PERJUANGAN

Persoalan ketidakadilan sebagai imbas dari kebijakan model global pembangunan yang rakus tanah dan sumber daya alam, menjadi fokus utama perjuangan advokasi Walhi di seluruh Indonesia. Terlebih di Kalbar, dimana ekspansi pemilik modal melalui praktik penebangan kayu, perkebunan monokultur dan pertambangan skala besar, merupakan sumber utama degradasi dan deforestasi atas sumber daya alam, yang selanjutnya berimbas pada pembatasan akses dan kontrol masyarakat adat maupun petani lokal untuk menghasilkan sumber produktif.
Ditemui Jum`at (14/10/11), Direktur Eksekutif Walhi Kalbar Anton Wijaya memaparkan fakta yang terjadi di Kalbar, melalui ekspansi modal skala besar selama ini menunjukkan bahwa rakyat, khususnya masyarakat adat maupun petani lokal menjadi pihak yang sangat rentan sebagai korban.
Hal senada juga diungkapkan Kepala Divisi Kampanye Walhi Nicodemus Ale. Menurutnya terciptanya keberpihakan pada kepentingan rakyat dan keberlanjutan lingkungan hidup, menjadi tantangan yang dihadapi Walhi di balik kuatnya kepentingan pro kapital. Sehingga HUT WALHI ke 31 yang jatuh 15 Oktober 2011, menjadi momentum bagi seluruh elemen Walhi dengan dasar dan karakter ideologinya, tetap konsisten berjuang untuk kemanusiaan dan lingkungan hidup.
Ale menambahkan, Walhi Kalbar menyelenggarakan serangkaian kegiatan untuk memeriahkan HUT yang 31, antara lain ; mengadakan Dialog Lingkungan Hidup dan Aksi Bersama “Seribu Pelajar Peduli Sampah”. Khusus untuk Aksi Bersama yang berlangsung Sabtu pagi, sebanyak 2.087 pelajar dari 5 Sekolah di sepanjang Jl. Ahmad Yani Kota Pontianak, akan turun jalan ke untuk membersihkan sampah yang berserakan di jalan. Diharapkan dari kegiatan ini akan menimbulkan kepedulian kalangan pelajar dan remaja terhadap kebersihan lingkungan, yang diawali dengan tidak memubuang sampah di sembarang tempat.  

0 comments:

Posting Komentar