Minggu, 17 Juli 2011

KEMARAU 2011 BERBEDA DIBANDING TAHUN SEBELUMNYA

BMKG Pusat memperkirakan puncak musim kemarau terjadi di Indonesia tahun 2011, mulai bulan Juli, Agustus dan September. Kemarau mulai terjadi di Indonesia bagian barat, menyusul pergeseran uap air di bagian barat Indonesia menuju ke wilayah Afrika timur.
Hal itu diungkapkan Kepala BMKG Pusat Dr. Sri Woro B. Harijono, saat memaparkan secara singkat, prakiraan kondisi cuaca Indonesia di gubernuran Kalbar Jum`at (15/07/11). Kondisi cuaca tahun ini, diakui berbeda dibanding tahun lalu. Dimana sepanjang musim kemarau sebagian besar wilayah Indonesia masih diguyur hujan.
Dirinya menyebutkan 3 faktor utama pengendali curah hujan di Indonesia, yakni Samudra Pasifik, yang dikenal dengan nama el Nino ketika membawa keluar massa air dari Indonesia ke samudra Pasifik dan la Nina ketika terjadi sebaliknya. Kemudian suhu laut, yang ketika panas menimbulkan penguapan tinggi, sehingga meningkatkan intensitas curah hujan di Indonesia. Dan ketiga yakni aliran massa uap air dari Indonesia bagian barat menuju ke wilayah perairan Afrika timur.
Saat ini media hanya fokus pada el Nino, padahal ketiga faktor tadi harus dilihat sekaligus, karena memiliki kekuatan pengendali yang sama.
Sri Woro menambahkan, untuk mengatasi hal itu, dituntut adanya kesiap-siagaan dari Kementrian Kehutanan untuk memonitoring titik api di seluruh daerah. Meskipun BMKG juga melakukan monitoring terhadap sebaran titik api, namun hasilnya hanya untuk kepentingan internal dalam membuat pemodelan arah asap.
Hasil pemetaan kemarau di seluruh daerah baik untuk kategori, pendek, sedang, panjang maupun sangat panjang selanjutnya diserahkan Ke Kementrian Kehutanan, guna menjadi pedoman dalam menanggulangi potensi kebakaran lahan dan hutan.
Terkait potensi badai siklon, meskipun hampir selalu berada di luar wilayah Indonesia, namun tetap saja terkena dampak dari ekor berupa tingginya curah hujan. Seperti yang terjadi beberapa hari terakhir.

0 comments:

Posting Komentar