Kamis, 21 April 2011

PONTIANAK TERANCAM HILANG DARI TITIK PELAYANAN GARUDA

Kebijakan PT. Garuda Indonesia untuk meremajakan seluruh armadanya, bakal berdampak negatif terhadap kesinambungan rute pelayanan penerbangan di Kota Pontianak. Pasalnya, tahun 2012 mendatang sebanyak 8 pesawat klasik milik maskapai Garuda yang tersisa, dari jenis Boeing Seri B737-300 dan B737-500 tidak lagi dioperasikan. Dan mulai menggantikan dengan pesawat generasi baru yang kini telah tiba sebanyak 137 unit, yakni jenis Boeing 777-300 ER Longhom, Air Bus 300(medium) serta Boeing 737-800 Next Generation. Namun, pesawat generasi baru tersebut dikhawatirkan tidak dapat mendarat di bandara Supadio Pontianak, karena membutuhkan panjang landasan pacu sekitar 2.250 meter dan ketebalan landasan minimal 45 cm. Sementara panjang dan ketebalan landasan pacu bandara Supadio di bawah angka tersebut. Dalam Dialog Interaktif di RRI Pontianak Rabu (20/0/11), GM PT. Garuda Indonesia Pontianak Wimpy Ohoiwutun, mengatakan, “kebijakan pihaknya untuk meremajakan armada, telah disampaikan pada PT. Angkasa Pura II Pontianak akhir tahun lalu, dan meminta segera peningkatan landasan pacu pesawat. Jika dalam waktu yang masih tersisa tidak ada perbaikan kondisi di Bandara Supadio, kemungkinan besar pihaknya bakal menghapuskan Kota Pontianak sebagai salah satu titik pelayanan penerbangan di peta penerbangan nasional PT. Garuda. Meskipun sebenarnya pihak Garuda telah merencanakan penambahan jumlah rute penerbangan Pontianak - Jakarta dari 5 menjadi 11 penerbangan bulan Juni mendatang. 
Sementara itu, dihubungi via ponsel Sekretaris Komisi C DPRD Kalbar Andy Aswad mengkhawatirkan jika sampai PT. Garuda tidak lagi melayani rute pelayanan di Kota Pontianak. Selain menuntut keseriusan pemerintah daerah dalam pembebasan lahan untuk pengembangan dan perluasan infrastruktur bandara, dirinya juga menuntut komitemen pemerintah pusat mendukung dari aspek pendanaan. Karena belum tuntasnya pembebasan lahan sekitar 20 hektar di kawasan bandara serta minimnya anggaran perbaikan, menjadi fator utama kendala pihak Angkasa Pura II membenahi status bandara.   
Modernisasi bandara Supadio sebenarnya telah dilakukan pihak Angkasa Pura II, mulai dari pembenahan fisik seperti pembangunan terminal kargo hingga aspek pelayanan terhadap pengguna jasa pelayanan. Namun, upaya untuk mewujudkan landasan pacu yang ideal, masih terkendala. Upaya mempertebal dan memperlebar landasan, dinilai kurang efektif karena strutur tanah bergambut. Sedangkan untuk membangun landasan pacu baru, belum didukung dengan kucuran anggaran memadai. Sementara dari daftar pembenahan bandara di seluruh Indonesia, bandara Supadio ternyata berada di urutan terbawah.

0 comments:

Posting Komentar