Besarnya potensi sektor perikanan dan kelautan, ternyata belum mampu mengangkat derajat kesejahteraan para nelayan tradisional di wilayah pesisir Kalbar. Ribuan nelayan tangkap masih bergelut pada persoalan klasik, yakni terbatasnya sarana kapal maupun alat tangkap, harga ikan di pasar lelang yang fluktuatif, hingga desakan kapal nelayan asing. Di luar itu` kondisi alam atau musim panceklik laut dan musim barat yang terjadi setiap tahun, juga menjadi penghambat aktifitas nelayan. Ditemui Rabu sore (10/03/2010)` Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia - HNSI Kabupaten Kubu Raya Bachtiar mengutarakan, “sudah seharusnya Pemerintah mengoptimalkan sektor perikanan dan kelautan, dan segera mengatasi berbagai persoalan para nelayan. Selain bantuan keuangan dan sarana untuk mendongkrak produktifitas, “upaya lain yang mendesak dilakukan untuk mengangkat perekonomian nelayan yakni terbentuknya wadah yang menaungi seluruh nelayan serta strategi membebaskan nelayan dari ketergantungan terhadap para tengkulak.
Di tempat terpisah, anggota Komisi B DPRD Provinsi Kalbar Awang Sofyan Rozali, mengakui banyak program yang berlebel bantuan pemerintah dan dianggarkan dalam APBD, nilainya masih kecil, sehingga menyulitkan untuk pemerataan dalam pembagian. Sementara` bantuan kapal oleh pemerintah, ternyata bukan digunakan para nelayan, namun oleh pihak perusahaan karena lebih mampu memenuhi biaya opearsional.
Lebih lanjut` Awang Sofyan Rozali mendesak Pemerintah Daerah segera menggulirkan proram bantuan bagi nelayan tangkap, baik subsidi BBM solar bagi kapal nelayan maupun bantuan jaring tangkap ikan. Kemudian mengefektifkan jangkauan koperasi dan membentuk sektor - sektor usaha mandiri di sentra pemukiman nelayan.
Sementara untuk perikanan air tawar, dapat melalui pengembangan keramba ikan air tawar baik di alur sungai Kapuas maupun danau di pedalaman Kalbar.
0 comments:
Posting Komentar