Rabu, 09 Desember 2009

KUNJUNGAN KOMISI IV DPR KE STASIUN PSKP PONTIANAK

KAPAL HASIL SITAAN JADI BESI RONGSOKAN
14 unit kapal ikan milik nelayan asing yang terjaring dalam patroli kapal Pengawas Perikanan di perairan Natuna beberapa waktu lalu, kini menjadi besi rongsokan di stasiun Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan - PSKP Pontianak. Proses hukum yang panjang dan rumit untuk melelang kapal tersebut, mengakibatkan belasan kapal hasil sitaan” bernilai milyaran rupiah itu tidak dapat dimanfaatkan. Ditemui di sela – sela kunjungan ke stasiun PSKP Pontianak Senin siang (07/12/2009), anggota Komisi IV DPR RI Siswono Yudohusodo mengatakan, “seharusnya kapal yang berstatus barang sitaan negara, dapat dimanfaatkan untuk menunjang biaya operasional Lembaga Penjaga perairan maupun mendukung aktivitas para nelayan lokal. Sambil menunggu proses persidangan “kapal tersebut sebenarnya dapat dipinjamkan atau disewakan, tentunya melalui suatu perjanjian yang melibatkan seluruh instansi terkait.
Di tempat yang sama` Direktur Jendral Pengawasan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan - P2SKP Aji Sularso mengaku, selain proses pelelangan yang panjang dan nilai jual yang murah. Disinyalir ada oknum yang bermain dalam proses pelelangan, sehingga kapal hasil sitaan dibeli lagi oleh sang pemilik dan kembali melakukan aksi pencurian di perairan Indonesia. Aji Sularso menyebutkan” dari hasil operasi kapal pengawas perikanan hingga November 2009, tercatat sebanyak 2. 926 unit kapal yang diperiksa, “129 unit diantaranya telah diadhock. Sedangkan di tahun 2008 “ dari 2.178 unit kapal yang diperiksa, sebanyak 243 unit kapal yang diadhock. Dan di tahun 2007 sebanyak 2. 207 unit kapal yang diperiksa, 184 unit diantaranya diadhock. Sementara itu` nilai kerugian negara yang diselamatkan sejak tahun 2002 hingga 2007, mencapai angka 1, 9 trilyun rupiah.

NELAYAN CHINA JANJI TIDAK TERLIBAT ILLEGAL FISHING LAGI

Kunjungan Komisi IV DPR RI ke Stasiun Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan - PSKP Pontianak, selain meninjau fasilitas Pengawasan Perikanan dan memeriksa sistem kerja di perairan, juga meninjau dan menyaksikan langsung kondisi puluhan nelayan asing yang ditahan. Bahkan` para legislator ini juga menyempatkan diri “berdialog dengan para nelayan maupun ABK yang terjaring dalam aksi illegal fishing. Melalui seorang penerjemah` salah seorang nelayan asal negara China, mengatakan sudah enam bulan mendekam dalam tahanan, dan kini menunggu proses pemulangan ke negara asal. Kepada anggota DPR RI Ahmad Muqowam “dirinya mengaku ditangkap petugas Pengawas Perikanan, karena mencuri ikan di Laut Natuna. Dirinya berjanji setelah menjalani proses hukum, tidak mengulangi lagi perbuatan tersebut dan memilih ganti profesi lain.
Direktur Jendral Pengawasan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan - P2SKP Aji Sularso menyebutkan” semua nelayan asing yang ditahan stasiun PSKP Pontianak sedang proses pemulangan ke negara asal. Kecuali nelayan asal negara vietnam yang baru ditangkap akhir bulan lalu, masih dalam proses penyidikan bersama aparat TNI AL. Aji Sularso menyebutkan hingga November 2009 tercatat 470 nelayan asing, yang terjaring dalam operasi penanganan illegal fishing. Dan sebanyak 256 orang diantaranya teklah dideportasi, masing – masing 132 nelayan asal negara Vietnam, 103 nelayan asal negara Kamboja dan 23 nelayan asal negara Thailand. Sedangkan sisanya “sebanyak 214 nelayan masih dalam proses hukum, yakni 80 orang asal negara Thailand, 77 orang asal negara Vietnam, 25 orang asal negara Kamboja, 18 orang asal negara China, 12 orang asal negara Malaysia dan 2 orang asal negara Laos.

FINISHING FILM DOKUMENTER FISH WAR

Proses pembuatan film dokumenter mengenai penanganan tindak pidana illegal fishing, di wilayah perairan Indonesia kini tengah memasuki tahap akhir. Pengambilan gambar yang melibatkan sutradara dan kameramen khusus, “pembuat film dokumenter asal Amerika Serikat ini, “merupakan kerjasama antara Direktorat Jendral Pengawasan Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan - P2SKP dan National Geographic Society. Direktur Jendral P2SKP Aji Sularso mengatakan, film dokumenter berjudul judul fish war ini, selain menyusuri jalur illegal fishing di wilayah teritorial Indonesia, juga menampilkan aksi para petugas pengawas perikanan ketika memburu nelayan asing. Diantaranya` penangkapan nelayan asal Vietnam beberapa waktu lalu, yang berakhir dengan pembakaran salah satu kapal. Aji Nugroho, “memperkirakan, pembuatan film fish war ini rampung akhir Desember, dan peluncuran perdana ditayangkan di saluran televisi internasional “National Geographic Channel” Januari 2010 mendatang. Ari Nugroho mengatakan, “National Geographic Society” menilai,” Indonesia adalah negara yang terbaik, dalam memerangi aksi Illegal Fishing di dunia. Untuk itulah` stasiun televisi swasta asal Inggris ini, menyetujui tawaran pembuatan sebuah film dokumenter, yang mengungkap fakta maraknya Illegal Fishing di wilayah perairan Indonesia oleh nelayan asing. Di tengah gencarnya isu memerangi Illegal Fishing di dunia internasional, Aji Nugroho berharap film Fish War memiliki gaung yang lebih luas. Bukan saja menunjukkan komitmen Pemerintah Indonesia, dalam menjaga sumber daya perikanan, namun` film Fish War juga sebagai media untuk mempromosikan wisata bahari kepada dunia luar.


0 comments:

Posting Komentar