Senin, 09 November 2009

3 BUKU BERTEMA PLURALISME

Praktik Harmonisasi Etnis
Menyadari pentingnya penyebarluasan gerakan pluralisme dan perdamaian di bumi Kalbar, mengilhami seorang peneliti asal Yayasan Pangingu Binua - YPB Kristianus Atok untuk menulis 3 buah buku, bertemakan merajut damai, pembelajaran dan promosi pluralisme di Kalbar. Ditemui seusai peluncuran 3 buku tersebut di Aula Fakultas Kedokteran dan Ilm,u Kedokteran – FKIK Universitas Tanjungpura Senin siang 909/11/2009)`, Kristianus Atok mengatakan, buku pertama berjudul Membangun Relasi Etnik merupakan pembelajaran dari beberapa kampung di kecamatan di Kalbar, dimana relasi antar etnis terbangun rukun, kompak tanpa bias dari sejumlah konflik yang terjadi di Kalbar. Padahal di sebagian daerah, hal ini justru memicu terjadinya konflik antar etnis dan menjadi tragedi kemanusiaan. Sedangkan di buku keduanya berjudul `` Orang Dayak dan Madura di Sebangki`` mengulas hubungan yang harmonis antara etnis Dayak dan Madura di kecamatan Sebangki kabupaten Landak, sebagai modal sosial masyarakat daerah tersebut menjaga kemajemukan.
Sementara di buku ketiga berjudul`` Merajut Damai di Bumi Kalbar`` Kristianus Atok yang tengah menyelesaian disertasi doktor ini mengulas tentang Kalbar sebagai suatu wilayah yang mempunyai sejarah konflik komunal antar etnis. Dirinya berharap ketiga buku yang ditulis dapat membuka pemikiran dan menjadi salah satu referensi bagaimana membangun multi kulturalitas di Kalbar sekaligus menjaga kehidupan harmonis di tengah keberagaman etnis di masa mendatang.

Konflik Bermuara Dari Kepentingan Politik
Di bagian lain` Kristianus Atok menilai konflik antar etnis di Kalbar masih cukup rentan. Kondisi ini sebagai akumulasi tatanan perekonomian yang semakin merosot. Kendati demikian` konflik yang terjadi selama ini, bukanlah akibat perbedaan identitas yang ditonjolkan oleh masing – masing etnis yang bertikai. Namun` dipicu dan dilatarbelakangi oleh kepentingan politik dari pihak tertentu. Dirinya mencoba menganalisa mengenai akar persoalan konflik di Kalbar selama ini, dan menemukan`, semua konflik yang terjadi di Kalbar sejak puluhan tahun silam, bermuara dari kepentingan politik, baik dalam agenda pemilihan kepala daerah maupun pemilihan umum. Kristianus Atok juga mengungkapkan jika semua konflik sosial di Kalbar, diawali dari pertikaian antar individu, bukan persoalan secara berkelompok. Jika kemudian berkembang menjadi konflik komunal, disinyalir karena aksi provokasi dari sekelompok pihak, dengan membangun stereotif negatif terhadap kelompok etnis tertentu.
Kendati demikian Kristianus Atok menilai hal yang manusiawi jika masing – masing etnis, menganggap dirinya yang terbaik dibanding etnis lainya. Namun` bukan berarti hal itu justru menimbulkan jurang pemisah, dan menjadi alat untuk memecah belah kerukunan yang telah terbangun. Apalagi` jika pengaruh emosional yang kuat ini, kemudian dimanfaatkan sebagai jargon politik untuk membangun kekuatan massa, tentu sangat berbahaya dan berpotensi memicu konflik secara komunal. Untuk itu` Kristianus Atok menekankan pentingnya kerjasama semua elemen masyarakat dalam meminimalisasi konflik, terutama pemerintah dengan membuat kebijakan yang berpihak pada kepentingan masyarakat.















0 comments:

Posting Komentar