Sabtu, 17 Oktober 2009

KOMITMEN PT. PN XIII MEMBANGUN KALBAR

Kendala pengembangan perkebunan sawit
Berbagai persoalan yang menggelayuti sektor perkebunan sawit selama ini, baik yang dikelola pihak swasta, BUMN maupun masyarakat, belum dapat menjadikan sektor ini sebagai motor perekonomian nasional. Padahal jika dikelola secara profesional dan mendapat dukungan politik dari pemerintah pusat maupun daerah, “perkebunan sawit Indonesia dapat menjadi yang terbesar di dunia, dan tidak dapat disaingi` bahkan oleh negara Malaysia sekalipun. Hal itu diungkapkan direktur utama PT. PN XIII Pontianak Kusumandaru dalam jumpa pers di Hotel Kapuas Palace Jum`at siang (16/10/2009).
Disamping terbatasnya infrastruktur pendukung seperti ; jalan, pelabuhan timbun dan pelabuhan ekspor. Persoalan lain yakni ketergantungan perusahaan perkebunan sawit terhadap sejumlah produk impor, sehingga memicu tingginya biaya produksi. Sementara itu` dari sisi regulasi` Kusumandaru juga menilai kebijakan pemerintah belum mendorong ke arah pengembangan industri sawit yang kompetitif.
Kendati demikian` Kusumandaru mengatakan, sektor perkebunan sawit Indonesia terus tumbuh beberapa tahun terakhir, mulai dari luas areal hingga produksi dan ekspor CPO. Bahkan` Indonesia berpeluang menggenjot produksi, mengingat tersedianya lahan, kesesuaian iklim, SDM memadai serta melimpahnya tenaga kerja. Namun` untuk menjadi nomor satu atau market leader di pasaran global tentu perlu dukungan politik pemerintah, melalui kebijakan khusus, yang dapat memproteksi upaya pengembangan perkebunan sawit sekaligus menjamin perluasan lahan di daerah.
Pengembangan perkebunan sawit di Kalimantan
Lebih lanjut` Kusumandaru menjelaskan, “sebagai salah satu BUMN yang bergerak di sektor perkebunan, PT. PN XIII terus berupaya mengejar ketertinggalan dari perusahaan perkebunan lain, terutama yang berbasis di wilayah Sumatera. Disamping membenahi struktur organisasi dan memperbaiki seluruh variabel produksi, PT. PN XIII juga terus mengembangkan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat, diantaranya membuka lahan baru di kabupaten Kubu Raya seluas 40. 000 hektar.
Terkait program perluasan areal perkebunan kelapa sawit di regional Kalimantan, dirinya menyebutkan dari hasil negoisasi dengan pemerintah Sintang, PT. PN XIII telah mendapat konsesi lahan seluas 6. 000 hektar. Sedangkan di kabupaten Landak dan Melawi masih dalam tahap negoisasi dengan kedua pemerintah daerah. Kusumandaru menargetkan dalam waktu 3 tahun kedepan, PT. PN XIII dapat mengembangkan areal perkebunan sawit seluas 75. 000 hektar di seluruh Kalimantan Barat.
Kusumandaru menyebutkan selain di Kalimantan Barat` PT. PN XIII juga mengembangkan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur, yakni di Kabupaten Kutai Timur. Dan saat ini telah mendapatkan konsesi lahan seluas 20 hektar, yang dikelola dengan PT. Pupuk Kaltim. Sedangkan di kabupaten Paser PT. PN tengah menggarap 6. 000 hektar lahan, dari 10. 000 hektar kebun tambahan. Sementara itu` untuk perkebunan karet, PT. PN XIII mendapat konsesi lahan di kabupaten Banjarmasin Kalimantan Selatan seluas 2. 000 hektar dan di kabupaten Sintang Kalimantan Barat seluas 4.000 hektar. Untuk meningkatkan kinerja` maka PT. PN XIII menjalin kerjasama dengan PT. Inhutani, sehingga target pengembangan areal perkebunan seluas 100. 000 hektar trealisasi dalam waktu 5 tahun kedepan.
Bangun pabrik dan tingkatkan kapasitas
Salah satu upaya yang dilakukan PT. PN XIII untuk meningkat produksi adalah, membangun pabrik pengolahan CPO di wilayah perkebunan sawit. Diantaranya membangun 1 unit pabrik pengolahan di kecamatan Kembayan kabupaten Sanggau, yang telah dikerjakan sejak bulan Juli lalu. Pengerjaan fisik pabrik di Kembayan telah mencapai 30 persen, dan ditargetkan rampung tahun 2010 mendatang. Dengan kapasitas pabrik mampu memproduksi CPO 30 ton per jam, maka para petani sawit yang ada di Kembayan tidak lagi, membawa hasil panen tandan buah segar – tbs mereke ke kecamatan Parindu. Selain di Kembayan, PT. PN XIII juga membangun 1 unit pabrik lain di Kalimantan Selatan, yang dijadwalkan rampung tahun depan.
Disamping membangun 2 unit pabrik baru, Kusumandaru mengatakan PT. PN XIII juga meningkatkan kapasitas produksi 3 pabrik pengolahan CPO yang ada. Masing – masing ; pabrik di Ngabang kabupaten Landak ditingkatkan dari 35 ton menjadi 40 ton per-jam dan pabrik di Rimba Belian di kabupaten Sanggau, juga ditingkatkan produksinya dari 30 ton menjadi 60 ton per-jam. Sedangakan 1 unit pabrik lainnya` yakni di Samuntei Kalimantan Timur juga ditingkatkan produksi CPO dari 30 ton menjadi 45 ton per-jam. Dengan berdirinya 2 unit pabrik baru dan penambahan kapasitas produksi tersebut` Kusumandaru mengatakan, bakal meningkatkan produksi CPO PT. PN XIII secara keseluruhan. Dirinya optimis` target peningkatan produksi CPO mulai tahun 2007 hingga tahun 2012, dari 240. 000 ton menjadi 500. 000 ton dapat terealisasi.
Pembenahan picu produksi CPO
3 kebijakan strategis yang dilakukan PT. PN XIII Pontianak` selama 3 tahun belakangan, berhasil meningkatkan produksi tandan buah segar - tbs cukup signifikan. Kendati secara total belum mampu bersaing dengan produksi PT. PN yang beroperasi di wilayah Sumatera, namun di sejumlah perkebunan produktifitas tbs mampu menyamai perusahaan perkebunan lain yang lebih dahulu beroperasi. Bahkan ada yang menghasilkan panen tbs di atas 4 ton per – hektar. Menyangkut langkah terobosan yang dilakukan untuk mengejar ketertinggalannya dari PT. PN lain, di lingkup BUMN perkebunan, Kusumandaru mengungkapkan, “pembenahan di struktur organisasi meliputi peningkatan kompetensi SDM dan memperbaiki kinerja manajemen. Sedangkan dari segi variabel produksi, dilakukan dengan memperbaiki infrastruktur jalan, penambahan jumlah pabrik pengolahan CPO serta perawatan intensif tanaman sawit, termasuk di dalamnya perkebunan milik petani plasma. Sementara itu` untuk pengembangan usaha, PT. PN XIII terus memperluas usaha dengan membuka areal perkebunan baru di sejumlah daerah.
Kusumandaru memprediksi, produksi tbs sawit pada tahun 2009, meningkat dari tahun 2007, yakni dari 14,6 ton menjadi 18 ton. Begitu pula dalam waktu 3 tahun mendatang, dapat meningkat 100 % dari tahun 2007. jika di tahun 2007 menghasilkan 240. 000 ton CPO maka ditargetkan tahun 2012 menembus angka 500. 000 ton. Di sisi lain` untuk merangsang inovasi dan meningkatkan kreatifitas bagi seluruh pelaku sektor perkebunan, di bawah binaan PT. PN XIII `, pihaknya juga mengadakan ajang kompetisi yang memberikan apreasi, bagi prestasi dan kinerja inovatif yang dicapai di masing – masing unit kerja.
Tunggu regulasi bahan bakar non fosil
Belum keluarnya kebijakan khusus dari pemerintah pusat mengenai penggunaan energi alternatif, menggantikan BBM, terutama di sektor industri. Menyebabkan pengembangan bahan bakar non fosil masih lamban dan belum menarik investor untuk bergerak di sektor energi bio fuel. Padahal` berubahnya Indonesia dari negara eksportir minyak menjadi negara pengimpor, sudah seharusnya mempercepat pengggunaan energi yang terbaharukan untuk industri. Kusumandaru menegaskan, “sektor perkebunan sesungguhnya tidak mempersoalkan jika pemerintah mengeluarkan penggunaan energi alternatif, namun harus ada jaminan bagi sektor industri, diantaranya ; pemberian insentif fiskal, insentif perizinan atau insentif perpajakan. Kendati demikian` PT. PN XIII sejak lama telah memproduksi bio fuel dalam jumlah terbatas, dengan menggunakan bahan baku sisa pengolahan CPO.
Kusumandarau menyebutkan saat ini terdapat 2 unit pabrik yang dapat memproduksi bio fuel, salah satunya ada di kabupaten Sanggau Kalimantan Barat, dengan kapasitas produksi mencapai 10 ton per – hari. Namun` produksi yang dilakukan masih 6 ton per hari, sesuai kebutuhan. Sedangkan satu pabrik lainnya terdapat di Kalimantan Timur. Disamping sebagai bahan bakar alternatif, jika regulasi mengenai konversi Minyak ke bahan non fosil dikeluarkan pemerintah, produksi bio fuel juga mengantisipasi terjadinya kenaikan harga BBM Solar.




0 comments:

Posting Komentar