Senin, 12 Desember 2016

KBRN: Pontianak : Angkutan sungai tetap menjadi pilihan bagi sebagian masyarakat di pesissir sungai Kapuas, untuk membawa barang dan penumpang terutama dari kota Pontianak menuju wilayah pedalaman. Sungai Kapuas yang membentang dari kota Pontianak di ujung barat hingga Kabupaten Kapuas Hulu di ujung timur, tak pernah berhenti dilayari angkutan sungai seperti kapal bandung, kapal kelotok maupun speedoat.

Dari sekian banyak angkutan sungai tersebut, sebagian diantaranya memang membawa berbagai barang kebutuhan masyarakat dari Pontianak menuju wilayah pedalaman seperti Sanggau, Sintang dan Kapuas Hulu. Begitupula sebaliknya, mengangkut sejumlah produk pertanian dan kehutanan dari wilayah perhuluan ke ibukota propinsi.

Titik awal kegiatan tersebut ada di Kota Pontianak, tepatnya di 3 Dermaga yang khusus melayani kegiatan bongkar muat kapal – kapal wilayah pedalaman, yaitu ; Dermaga Pedalaman Kapuas Indah, Dermaga Pedalaman Kapuas Besar dan Dermaga Pedalaman Sheng Hie.

Jarak ketiga Dermaga juga tidak berjauhan. Dermaga Kapuas Indah berada di Jalan Kapten Marsan, disamping kompleks pertokoan Kapuas Indah. Tak seberapa jauh, di Jalan Sultan Muhammad, ada Dermaga Kapuas Besar. Secara fisik, kedua Dermaga ini hanya ponton apung dengan ukuran sepanjang 40 meter. Beda dengan Dermaga Sheng Hie yang permanen dengan konstruksi beton. Dermaga Pedalaman Sheng Hie bersebelahan dengan Pelabuhan Sheng Hie yang berada persis di ujung ruas Jalan Sultan Muhammad.

Sesuai namanya, "Pedalaman", ketiga Dermaga memiliki fungsi yang sama, khusus untuk kegiatan bongkar muat barang dan orang dari kapal - kapal wilayah pedalaman Kalimantan Barat. Ketiga Dermaga dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pelabuhan, satu dari 5 UPTD di bawah Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika/ Dishubkominfo Kota Pontianak.

"UPTD Pelabuhan ini membawa 5 Dermaga, jadi ada Pelabuhan Sheng Hie sendiri, ada Dermaga Sheng Hie, ada Dermaga Kapuas Besar, Dermaga Kapuas Indah dan Pelabuhan Penyeberangan Feri Penyeberangan Bardan Siantan”, ujar Kepala UPTD Pelabuhan Drs. Awan Rosihan Putar, saat ditemui RRI Selasa (5/10/16) pagi.

Awan melanjutkan, untuk Dermaga Kapuas Indah dan Kapuas Besar, selain tempat kapal bandung dan kapal kelotok bongkar muat barang, juga tempat speeed boad menurunkan penumpang. Angkutan terakhir, khusus rute Pontianak – Ketapang. Sedangkan di Dermaga Sheng Hie, selain kapal besi, juga ada kapal pinisi dan kapal bandung.

“Di Dermaga Kapuas Besar, (karena) hanya ponton apung, maka kapal yang bersandar kapal ukuran sedang. Kalau di Dermaga Pedalaman Sheng Hie 62 - 80 GT (Gross Ton), maka di Dermaga Kapuas Besar 21 - 40 GT. Perbedaannya mungkin hanya pada GT kapal," tambah Awan.

Menurut Awan, secara umum aktifitas di Dermaga Sheng Hie, tak jauh beda dengan Pelabuhan Sheng Hie, yang merupakan Pangkalan Niaga Pertama Di Kota Pontianak.

"Cuma kapalnya tidak sebesar yang di Pelabuhan Sheng Hie, karena hanya fokus angkutan sungai pedalaman. Dan tarifnya pun berbeda dengan yang kita kenakan di Pelabuhan Sheng Hie," jelas Awan.

Di Dermaga Kapuas Indah, kapal kelotok dan kapal Bandung mendominasi kegiatan bongkar muat. Untuk kapal kelotok sebagian besar menyusuri pesisir sungai Kapuas di Kabupaten Kubu Raya dan kapal Bandung menyusuri hulu sungai Kapuas hingga Kabupaten Kapuas Hulu.

Dermaga Kapuas Indah awalnya sama dengan Dermaga Kapuas Besar, hanya ponton apung. Namun penataan pinggiran sungai Kapuas oleh Pemerintah Kota Pontianak melalui proyek waterfront dengan membangun gertak beton dari Dermaga Ferry penyeberangan Bardan di Jalan Rahadi Usman, hingga tepian pasar Kapuas Indah, menyebabkan tempat angkutan air bersandar dan bongkar muat bukan lagi ponton apung, melainkan gertak beton tesebut. Memang di pinggir gertak, terdapat bollard (besi tambatan tali kapal) sehingga kapal maupun spedboat dapat menambatkan tali saat bersandar. Gertak tak hanya berfungsi untuk menambatkan kapal, namun juga meletakkan berbagai barang sebelum dipindahkan ke kapal.

Dermaga Kapuas Indah dan Dermaga Kapuas Besar, sama-sama berada di kawasan pertokoan. Malahan nama kedua Dermaga sama dengan nama dua pusat perbelanjaan. Pusat Pertokoan Kapuas Indah bersebelahan dengan Dermaga Kapuas Indah yang berada di Jalan Kapten Marsan, lalu Pusat Penjualan Kapuas Besar berdekatan dengan Dermaga Kapuas Besar.

Di Dermaga Kapuas Indah, berbagai kebutuhan masyarakat pedalaman diangkut melalui kapal Bandung dan kelotok. Sebelum dimuat ke kapal, berbagai barang tersebut diletakan terlebih dahulu di pinggir gertak. Tabung gas, material bangunan, beras, gula, minyak makan, bahkan sapi ternak adalah beberapa barang atau muatan dari sekian banyak kebutuhan yang didistribusikan ke pelosok Kalimantan Barat. Sebagian barang diangkut sendiri ke kapal oleh awak buah kapal (abk), sebagian dipukul oleh tenaga upahan. Ada juga barang pesanan yang diantar langsung penjual atau karyawan toko.

Khusus kelotok, selain di dalam kapal, sebagian muatan diletakkan di atas atap. Agar tidak terjatuh, barang diikat dengan tali, lalu ditutup terpal agar terlindung dari terik matahari dan guyuran hujan. 

Hal yang sama juga berlangsung di Dermaga Kapuas Besar. Namun karena masih ponton apung, maka proses pemindahan muatan dari dermaga ke kapal agak sulit. Bahkan, lebih sulit lagi memindahkan barang dari tepi Jalan Sultan Muhammad menuju dermaga yang berada di atas air. Sebab tidak ada akses langsung. Kendaraan seperti truk dan pick up harus melewati jalan sempit, pun hanya bisa sampai di jembatan. Barang terpaksa harus diturunkan dan selanjutnya menjadi tugas para pria berotot memindahkan ke kapal.

Berdeda dengan Dermaga Sheng Hie. Proses bongkar muat jauh lebih mudah karena letak Dermaga di tepi sungai dan permanen dengan konstruksi beton. Truk dapat langsung menurunkan barang di tepi Dermaga tanpa terganggu. Jenis barang yang diangkut beragam, mulai dari perkakas rumah tangga, elektronik, pakaian, sayur-sayuran hingga peralatan perkebunan.

Aktifitas bongkar muat di ketiga Dermaga mulai berlangsung di pagi hari dan mencapai puncak jelang siang, selanjutnya mulai lenggang memasuki sore.

Begitulah, 3 Dermaga Pedalaman di kota Pontianak terus beraktifitas, bahkan menjadi "pintu-pintu" untuk mengeluarkan sebagian barang kebutuhan masyarakat pedalaman sekaligus memasukkan berbagai produk perhuluan ke ibukota provinsi. Apalagi, transportasi darat belum bisa menjangkau semua kawasan pedalaman, maka transportasi air melalui sungai Kapuas tetap menjadi pilihan.

0 comments:

Posting Komentar