Jumat, 27 Mei 2011

MUNGKINKAH BENTUK PANSUS TELUSURI KEMATIAN SYAFARUDDIN ?

Tuntutan kalangan mahasiswa agar DPRD Kalbar membentuk Panitia Khusus/Pansus, untuk menelusuri kematian Syafaruddin 11 tahun silam terkesan seperti angin lalu. Berbeda dengan isu lainnya, seperti indikasi praktik korupsi Bansos atau alihfungsi asset olahraga di Kompleks GOR Khatulistiwa, dimana sebagian anggota dewan begitu garang menyoroti kinerja eksekutif. Tapi untuk kasus kematian Syafaruddin, anggota dewan sepertinya tidak begitu bergairah. Berbagi alasan disampaikan kalangan legislatif.
Ditemui di Pontianak Selasa (24/05/11), anggota fraksi Golkar DPRD Kalbar Andri Hudaya Wijaya menyatakan, untuk membentuk Pansus menelusuri kematian aktifis mahasiswa Syafaruddin, tentunya partai Golkar tidaklah dapat berjalan sendirian. Meskipun secara pribadi, dirinya sangat mendukung terbektuknya Pansus, agar persoalan dapat jelas dan misteri yang menyelimuti dapat terkuak. Tapi perlu ada dukungan dari seluruh anggota dewan, dan hal itu tentunya harus mengikuti mekanisme dan ketentuan yang telah diatur dalam tatib. Persolan ini harus diangkat kembali pada pembahasan formal kedewanan, untuk selanjutnya ditindaklanjuti melalui Komisi A DPRD.
Kasus yang masih menjadi teka-teki ini dapat menjadi agenda pembahasan oleh Komisi A dalam Rapat Kerja, dengan mitra dari pihak kepolisian. Hasil dalam pembahasan di rapat kerja itulah nantinya, menjadi dasar bagi DPRD, apakah memang urgens untuk membentuk Pansus. Dan jika memang dinilai perlu, tentu fraksinya tetap mendukung. Ditegaskan Andri, pada intinya fraksi Golkar tetap mendukung upaya dewan, untuk mengungkap kematian Syafaruddin.
11 tahun berlalu, tepatnya sejak 14 Juni 2000, kematian Syafaruddin aktivis mahasiswa jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Pontianak/Polnep hingga kini masih menjadi misteri. Syafaruddin diduga tewas tertembak saat ikut aksi demo, untuk menyuarakan mosi tidak percaya atas kepemimpinan Gubernur Kalbar saat itu, Aspar Aswin. Namun, dari keterangan pihak kepolisian, Syafaruddin bukan terkena peluru aparat, melainkan terbentur benda tumpul.
Upaya untuk mengungkap kematian Syafaruddin terus diperjuangkan elemen mahasiswa, terutama yang tergabung dalam Solidaritas Mahasiswa dan Pemuda Pengemban Amanat Rakyat-Solmadapar. Perkembangan proses pengungkapan kasus oleh lembaga hukum terus dipantau Solmadapar, termasuk menggelar aksi damai setiap tahun pada hari tertembaknya Syafaruddin yang dikenal dengan nama Juni Berdarah. Terakhir yakni aksi damai di gedung DPRD Kalbar Senin lalu (23/05/11), dimana Solmadapar kembali menyuarakan agar legislatif membentuk Pansus, untuk menyibak tabir yang menyelimuti kematian Syafaruddin.   

0 comments:

Posting Komentar