Penundaan jadwal penerbangan (delay) yang kerap terjadi dalam penerbangan di bandara Supadio Pontianak, sudah barang tentu menimbulkan
kejengkelan dari para calon penumpang.
Jawaban klasik selalu dikemukakan pihak bandara maupun maskapai, seperti faktor cuaca buruk atau gangguan teknis. Sehingga demi keselamatan,
maka jadwal penerbangan terpaksa ditangguhkan. Namun, beberapa kalangan mensinyalir delay tidak seluruhnya karena faktor alami, melainkan
disengaja pihak maskapai karena perhitungan bisnis.
Anggota Komisi C DPRD Kalbar, Syarif Izhar Asyurie mengaku pernah mendengar selentingan berita yang cukup mengejutkan, bahwa delay terkadang
disengaja oleh maskapai untuk menggabungkan 2 rute penerbangan.
"Ini dilakukan ketika ada 2 jadwal penerbangan dengan tujuan sama, namun kedua pesawat tidak terisi penuh. Akhirnya, penerbangan digabungkan
dengan memindahkan penumpang dari pesawat yang satu ke pesawat yang lainnya, ujar Syarif Izhar saat Rapat Kerja Komisi C DPRD Kalbar dengan
Dishub Kalbar, PT Angkasa Pura II serta sejumlah Maskapai penerbangan Selasa (06/11/12).
Menurutnya, ini dilakukan untuk mengurangi biaya operasional, karena jika kedua pesawat tetap diberangkatkan akan merugikan maskapai.
Sementara itu, anggota Komisi C lainnya, M. Syafrani mengaku juga pernah mendengar adanya kesengajaan dari salah satu maskapai, untuk menunda jadwal penerbangan pesawat terakhir dari Jakarta – Pontianak.
"Saya mendapat informasi ini langsung dari seorang petugas di Cengkareng, bahwa terjadinya delay karena menunggu kargo yang belum datang. Ironisnya hal itu dianggap biasa, meskipun sangat merugikan penumpang karena harus menunggu sekian lama untuk berangkat," ungkap legislator fraksi PDI Perjuangan ini.
Namun, General Manager PT. Garuda Indonesia Pontianak, Donald Jerry, membantah informasi tersebut. Menurutnya, kasus delay dalam satu jadwal
penerbangan, merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari oleh maskapai penerbangan bersangkutan, karena pertimbangan keselamatan dalam
penerbangan.
"Bahkan, setiap maskapai sebenarnya juga tidak menginginkan terjadinya delay. Karena bukan hanya merugikan penumpang, tetapi juga maskapai
penerbangan," tegas Donald.
Selain itu, Donald menyatakan, bahwa terjadinya delay bukan karena pesawat yang tidak laik terbang atau karena pesawat sudah berusia tua.
Sepengetahuannya, dalam industri penerbangan di seluruh dunia, tidak ada yang 100 % tepat waktu, tetap saja ada kemungkinan delay karena
disebabkan berbagai faktor, seperti cuaca maupun masalah teknis lainnya.
"Rata – rata industri penerbangan mencapai on time performence sekitar 85 %, tidak ada yang 100 %," tambah Donald.
Dewan keluhkan delay penerbangan Batavia
Masih seputar delay, anggota Komisi C DPRD Kalbar Timotius Ketak mennyesalkan pelayanan Batavia Air sangat menyebalkan, karena kerap mengalami
delay.
"Dari semua maskapai penerbangan yang beroperasi di bandara Supadio, hanya Batavia yang paling sering delay, bahkan hingga mencapai 5 jam," ucap
Ketak dengan nada kesal.
Bukan hanya itu, diungkapkan Ketak di dalam pesawat alat pendingin baru berfungsi ketika pesawat telah terbang, sehingga kondisi ruangan terasa
pengap sebelum pesawat lepas landas.
"Jadi saya minta pihak manajemen Batavia meningkatkan pelayanan, dengan segera membenahi semua kekurangan demi kenyamanan penumpang,
terutama soal ketepatan jadwal penerbangan," tegasnya
Menanggapi hal itu, Pianita dari Batavia Air Pontianak, mengakui maskapai penerbangannya selama ini, memang kerap mengalami keterlambatan dalam
jadwal penerbangan.
"Namun, upaya untuk membenahi berbagai kekurangan terus kami lakukan, demi memberikan pelayanan maksimal kepada para konsumen," terang
Pianita.
Sementara itu, General Manager PT. Angkasa Pura II Pontianak, Abioso mengatakan, delay yang terjadi secara tidak langsung juga diakibatkan kondisi
bandara Supadio, terutama menyangkut landasan pacu yang tidak dapat didarati pesawat berbadan besar.
"Padahal, saat ini sebagaian besar maskapai telah mengoperasikan pesawat baru yang berbadan besar, namun karena kondisi di bandara belum
memungkinkan terpaksa tetap mengoperasikan pesawat klasik dengan jumlah penumpang terbatas," terang Abioso.